Indonesia.go.id - Dari Sekolah Perdamaian Menuju Generasi Garuda: Cerita Siwalima Ambon Menyongsong Indonesia Emas

Dari Sekolah Perdamaian Menuju Generasi Garuda: Cerita Siwalima Ambon Menyongsong Indonesia Emas

  • Administrator
  • Kamis, 9 Oktober 2025 | 15:04 WIB
SEKOLAH GARUDA TRANSFORMASI
  Siswa-siswi SMA Negeri Siwalima Ambon saat menghadiri acara Pengenalan Sekolah Garuda yang dihadiri oleh Menkomdigi Mutya Hafid.
Udara pagi terasa sejuk ketika rombongan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid tiba di halaman sekolah. Senyum para siswa menyambut hangat, sebagian mengenakan seragam biru lengkap dengan baret biru sebagian lainnya sibuk menyiapkan penampilan.

Di atas perbukitan yang menghadap Teluk Ambon, berdiri sebuah sekolah berasrama yang menjadi saksi perjalanan panjang perdamaian dan pendidikan di tanah Maluku. Namanya SMA Negeri Siwalima Ambon  sekolah yang lahir dari luka masa lalu dan kini tumbuh menjadi mercusuar harapan baru bagi generasi muda Indonesia Timur.

Udara pagi terasa sejuk ketika rombongan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid tiba di halaman sekolah. Senyum para siswa menyambut hangat, sebagian mengenakan seragam biru lengkap dengan baret biru sebagian lainnya sibuk menyiapkan penampilan.

Ketika hadir di lokasi sekolah, Menkomdigi disambut dengan berbagai tarian tradisional khas Ambon yang dilakukan oleh siswa-siswi SMA Siwalima.  Ada pula penampilan tari penyambutan, tari perang, dimana siswa laki-laki membawa parang dan tameng sambil menari dengan tegap dan gagah.

Hari itu, mereka tak sekadar menyambut menteri, tapi merayakan babak baru dalam sejarah pendidikan mereka. Yakni peluncuran Sekolah Garuda Transformasi di Ambon.

Sekolah yang Lahir dari Luka dan Harapan

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Negeri Siwalima, Elisma Tahalea, berbicara dengan mata berkaca-kaca. Ia masih ingat betul bagaimana semuanya dimulai hampir dua dekade lalu. Tahun 1999, Maluku dilanda konflik sosial yang memisahkan banyak anak dari keluarga dan lingkungannya. Dari situ, muncul gagasan mulia dari Gubernur Maluku kala itu, Karel Albert Rahalahu, untuk membangun sekolah yang mempersatukan kembali anak-anak dari dua komunitas yang pernah terbelah.

“Kami diminta menyiapkan sekolah unggulan dalam hitungan bulan. Banyak yang bilang tidak mungkin. Tapi Bapak Gubernur hanya berkata: Saya tidak mau tahu. Tanggal 1 Agustus sekolah itu harus berdiri. Dan benar, lahirlah SMA Siwalima,” tutur Elisma.

Pada awalnya, anak-anak datang dengan rasa canggung. Mereka duduk berkelompok  sebagian di kiri, sebagian di kanan memisahkan diri sesuai asal-usul. Namun guru-guru di Siwalima bukan hanya pengajar. Mereka menjadi konselor, pendamping, sekaligus sahabat.

“Dua bulan pertama adalah ujian bagi kami. Tapi dengan pendekatan, kasih, dan ketulusan, anak-anak itu akhirnya mau berbaur. Saat pertama kali mereka bernyanyi bersama di aula, kami semua menangis,” kenangnya.

Kini, setelah 19 tahun berdiri, Siwalima dikenal sebagai sekolah pemersatu yang menanamkan nilai toleransi, disiplin, dan keunggulan akademik.

Dari Maluku ke Dunia

Dari ruang asrama yang sederhana, lahirlah banyak cerita inspiratif. Salah satunya datang dari Rachel Kristasya Iwan, siswi kelas 12 yang baru saja kembali dari program pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Dengan logat lembut dan suara penuh keyakinan, Rachel bercerita tentang pengalaman belajar di negeri orang.

“Di Amerika, siswa diberi kebebasan memilih bidang yang mereka minati. Tapi semangat teman-teman di Siwalima tidak kalah. Kami juga berjuang untuk masa depan kami,” katanya tersenyum.

Selama setahun di Texas, Rachel menjadi duta kecil Indonesia. Dalam program International Education Week, ia memperkenalkan budaya Nusantara di depan wali kota dan ratusan siswa sekolah setempat. “Saya mengenakan kebaya dan membawa bendera merah putih. Rasanya bangga sekali. Mereka kagum dengan Indonesia,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Rachel percaya, pendidikan bukan hanya soal prestasi akademik, tapi juga karakter dan kebanggaan terhadap identitas bangsa. “Kita bisa belajar di mana saja, tapi jangan pernah lupa dari mana kita berasal,” ucapnya pelan.

Para guru di Siwalima punya peran lebih besar dari sekadar mendidik. Mereka adalah orang tua kedua bagi ratusan siswa yang tinggal jauh dari keluarga. Elisma bercerita, banyak siswa datang dari pulau-pulau kecil yang akses pendidikannya terbatas.

“Ada siswa dari Seram bagian timur. Waktu datang, dia bilang guru agamanya juga jadi guru matematika dan bahasa Inggris. Tapi kami tidak menyerah. Kami dampingi sampai dia lulus sarjana, bahkan lanjut S3 di Texas,” ungkapnya dengan nada bangga.

Setiap malam, lampu-lampu asrama menyala hingga larut. Di ruang belajar bersama, para siswa berdiskusi, menulis laporan, atau sekadar saling membantu menyelesaikan tugas. Di sinilah semangat kebersamaan itu tumbuh — sebuah keluarga besar yang berjuang untuk mimpi bersama.

Menteri Meutya Hafid: Karakter Adalah Kunci

Dalam sambutannya, Menteri Meutya Hafid menyebut SMA Siwalima sebagai contoh nyata transformasi pendidikan yang tidak hanya mencetak anak cerdas, tetapi juga berkarakter kuat.

“Tidak ada orang pintar bisa menjadi unggul tanpa karakter yang kuat. Anak-anak dari timur Indonesia punya kelebihan itu  semangat, daya juang, dan ketulusan,” kata Meutya.

Ia menambahkan, Sekolah Garuda  merupakan bagian dari visi besar Presiden Prabowo Subianto untuk melahirkan generasi emas Indonesia 2045  generasi yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tetap berakar pada nilai moral dan budaya bangsa.

“Kita ingin melahirkan anak-anak yang bukan hanya pandai, tapi juga tahu untuk apa kepandaiannya digunakan: untuk bangsa dan kemanusiaan,” ujarnya.

Siwalima, Sayap Garuda dari Timur

Sore itu, sebelum meninggalkan Ambon, Meutya Hafid sempat berbicara singkat dengan beberapa siswa. Ia menepuk bahu mereka satu per satu, sembari berkata, “Kalian adalah Garuda-Garuda muda Indonesia.”

Elisma tersenyum ketika mendengarnya. “Dulu sekolah ini lahir dari luka. Sekarang, dari sini lahir harapan.”

Bagi Rachel dan ratusan siswa lainnya, Siwalima bukan sekadar sekolah. Ia adalah rumah, tempat mereka belajar arti keberagaman, kerja keras, dan cinta tanah air. Dari sinilah, mereka akan mengepakkan sayap — membawa pesan damai dan kemajuan dari timur Indonesia untuk dunia.

 

Penulis: Wandi
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/features/941412/dari-sekolah-perdamaian-menuju-generasi-garuda-cerita-siwalima-ambon-menyongsong-indonesia-emas