Indonesia.go.id - Kentang Perdana dari Humbang Hasundutan

Kentang Perdana dari Humbang Hasundutan

  • Administrator
  • Jumat, 26 Maret 2021 | 16:02 WIB
FOOD ESTATE
  Petani menunjukkan kentang hasil panen di areal
Panen kentang perdana dari food estate Humbang Hasundutan (Humbahas) cukup menjanjikan. Kebun baru 2.500 ha dibuka lagi pada 2021.

Matahari cerah, angin pegunungan meniupkan udara sejuk, dan tanah masih cukup basah oleh siraman hujan kemarin dulu. Di tengah cuaca yang bersahabat itu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Panjaitan turun ke ladang. Didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dia hadir di ladang memimpin acara panen perdana hortikultura dari kawasan food estate Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatra Utara, Selasa (23/3/2021).

Brul…brul…Ketiga pejabat itu bersamaan menarik batang kentang dari dalam tanah. Umbi-umbi kentang sekepalan tangan tampak bergantungan. Ada semburat warna kuning-khaki dari kulit kentang yang berlumur tanah itu. Umbi kentang yang sehat. “Produktivitasnya di atas 15 ton per hektare,” kata Menteri Yasin Limpo, dengan bersemangat.

Hari itu adalah panen perdana holtikultura dari area food estate Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Humbahas, yang terletak di daerah pegunungan sekitar 900--1.100 meter di atas permukaan laut (dpl). Di desa tersebut telah dibangun 215 hektare area food estate, yang terdiri dari 50 hektare kebun  kentang, 100 hektare bawang merah, 50 hektare bawang putih, dan 15 hektare kebun percobaan.

Menteri Yasin Limpo  pun tampak riang. “Ini panen perdana saja sudah lebih dari 15 ton, sudah di atas rata-rata produktivitas nasional yang 15 ton per hektare. Yang kedua, ketiga dan seterusnya, tentunya bisa lebih besar lagi,” katanya.

Namun, produksi bawang putih dan bawang merahnya masih tergolong rendah, yakni 5.8 ton per hektare, baru mencapai 75 persen dari produktivitas rata-rata kebun bawang di Indonesia. Toh, Yasin Limpo yakin pada musim tanam berikutnya produktivitas akan meningkat.

Sejak digulirkan Program Food Estate 2019 oleh Presiden Joko Widodo, daerah Humbahas dipilih menjadi sentra produksi hortikultura. Untuk sentra produksi padi, jagung, buah, dan sayuran dataran rendah, pemerintah menetapkan di Kabupaten Pulau Pisang, Kalimantan Tengah. Adapun Kabupaten Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk padi, jagung, dan kedelai.

Program food esate itu menyulap semak belukar di perbukitan Desa Ria-Ria menjadi lahan pertanian yang produktif. Kementerian PUPR mengerahkan alat-alat berat guna membuka lahan, membuat petak-petak tanah yang lebih rata, menyiapkan akses jalan, dan saluran air. Maka, Desa Ria-Ria kini memiliki 215 area food estate di atas tanah hutan adat.

Dari Desa Ria-Ria, food estate akan bergulir ke kampung sebelah, yakni ke Desa Hutajulu. Hutan adat seluas 785 ha akan diubah menjadi kebun hortikultura. Kunjungan Menko Luhut ke Ria-Ria itu berlanjut ke acara kick-off pembukaan lahan di Desa Hutajulu yang dibiayai anggaran 2021 dari pos program food estate oleh Kementerian PUPR. Maka, atas perintah Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, alat berat buldoser dan beko segera beraksi mencabut bonggol kayu berikut akar-akarnya seraya meratakan tanah.

 ‘’Saya mau menginformasikan, di tahun 2021 akan dikembangkan lahan food estate 1.000 hektare dan 1.500 hektare di dua lokasi. Land clearing-nya oleh Kementerian PUPR. Kita berharap tahun depan kita bisa kembangkan lahan hingga 3.000 hingga 4.000 hektare. Kami bermimpi. Kalau semua berjalan dengan baik, hingga tahun 2024 akan dibuka lahan 20 ribu hektare,” jelas Luhut. Semuanya akan difokuskan pada tanaman hortikultura, terutama cabe, kentang , bawang merah, dan bawang putih.

Kabupaten Humbang Hasundutan yang terletak di Selatan Danau Toba itu memiliki wilayah 234.000 hektare (2.340 km2). Penduduknya hanya sekitar 200 ribu jiwa. Dengan wilayahnya yang terletak di dataran menengah-tinggi (330 – 2.100 meter) di atas permukaan laut, yang selama ini  dikenal sebagai sentra produksi kopi serta sayuran.

Daerah Humbang Hasundutan juga memiliki iklim yang bersahabat untuk praktek budi daya hortikultura. Sumber daya airnya cukup besar, curah hujan rata-rata sekitar 2.200 mm, dan pada bulan terkering, yakni pada Juni-Juli, hujan masih turun meskipun di bawah 100 mm per bulan. Pada bulan Agustus hujan mulai meningkat, dan September sudah masuk ke musim hujan hingga Mei. Membuka 20 ribu ha lahan baru  untuk tanah pertanian di daerah ini masih sangat dimungkinkan.   

Dalam jangka panjang, pemerintah juga berencana memperluas food estate ini ke wilayah  sekeliling, seperti Kabupaten Pakpak di sebelah Barat, Kabupaten Tapanuli  Utara di Timur, dan Tapanuli Selatan di sebelah selatannya. Potensi seluruhnya 65.000 hektare.

Namun, Menko Luhut menyadari bahwa food estate ini perlu jaminan modal dan pasar. Maka, seperti dilakukan di Desa Ria-Ria, pemerintah mencarikan mitra buat petani, yang bisa membantu penyediaan bibit (benih) sekaligus berperan sebagai off-taker-nya, yang menampung produksinya.

Kebun percobaan pun disediakan guna mengembangkan teknik budi daya agar memenuhi tuntutan kuantitas dan kualitas. “Dengan begitu, usaha ini bisa bertahan, dapat bersaing, dan berkelanjutan,” kata Menteri Yasin Limpo.

 

 

Penulis: Putut Tri Husodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari