Indonesia.go.id - Museum Bawah Laut Biak, Saksi Sejarah PD II

Museum Bawah Laut Biak, Saksi Sejarah PD II

  • Administrator
  • Selasa, 17 Desember 2024 | 09:12 WIB
PARIWISATA
  Museum bawah laut yang berada di Biak Numfor, Papua memiliki potensi keindahan dan benda bersejarah sisa Perang Dunia II. INDONESIA EXPLORE
Museum bawah laut di Biak menyimpan berbagai barang bersejarah peninggalan Perang Dunia II.

Kabupaten Biak Numfor, Papua, akan segera mencatat sejarah baru dalam dunia pariwisata Indonesia. Pemerintah daerah itu kini sedang mempersiapkan museum bawah laut yang akan menjadi destinasi wisata unggulan daerah tersebut.

Lokasi itu dijanjikan bukan hanya unik, melainkan juga kaya akan nilai sejarah masa lalu daerah tersebut. Selain tentunya juga disiapkan sebagai wahana mempertontonkan keindahan alam bawah laut.

Bila mengacu keberadaannya, museum bawah laut Biak akan menjadi yang pertama di Indonesia. Itu menjadikannya sebagaimagnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Proses pendirian museum ini telah mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves).

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Biak Numfor Onny Dangeubun, proposal pendirian museum itu telah diajukan langsung oleh Bupati Herry Ario Naap pada penutupan Sail Teluk Cenderawasih pada November 2023. “Saat ini, kami hanya tinggal menunggu keputusan resmi dari Kemendikbud untuk memulai langkah lebih lanjut,” ujar Onny.

Museum ini direncanakan berada di perairan Kepulauan Padaido/Aimando, yang mencakup Pulau Nusi, Wundi, Mansorbabo, dan beberapa kampung lainnya. Wilayah itu dikenal dengan keindahan alam bawah laut yang memukau serta kaya akan peninggalan sejarah.

Menurut Kabid Destinasi Dinas Pariwisata Berto Sroyer, museum bawah laut Biak menyimpan berbagai barang bersejarah peninggalan Perang Dunia II, seperti torpedo net, bangkai mobil, pesawat Amerika, hingga aksesoris militer lainnya. “Semua benda tersebut masih terjaga di dasar laut, menjadi saksi bisu dari salah satu babak penting dalam sejarah dunia.”

Kaya Nilai Sejarah

Keunikan museum ini terletak pada kombinasi daya tarik sejarah dan keindahan alam bawah lautnya. Bagi para pecinta diving dan snorkeling, eksplorasi museum ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan. 

Bila rencana itu terealisasi, wisatawan tidak hanya disuguhkan keindahan terumbu karang, melainkan juga kesempatan untuk menyelami jejak masa lalu yang begitu nyata. Wilayah perairan Padaido/Aimando yang menjadi lokasi museum ini juga dikenal memiliki ekosistem laut yang masih sangat terjaga. Ini menjadikannya sebagai tempat ideal bagi wisatawan yang ingin merasakan keindahan laut Papua sekaligus mempelajari sejarah.

Rencana pendirian museum bawah laut ini mendapat dukungan besar dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bahkan, pada 2024, destinasi wisata Biak Numfor telah ditetapkan sebagai salah satu agenda prioritas nasional. 

Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan serta mendongkrak perekonomian lokal melalui sektor pariwisata. Dengan adanya museum bawah laut, Kabupaten Biak Numfor siap menjadi pusat perhatian di dunia pariwisata nasional dan internasional. 

Potensi besar dari destinasi ini tidak hanya akan menarik wisatawan, melainkan juga menjadi sarana edukasi mengenai sejarah Perang Dunia II. Langkah inovatif tersebut menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi pariwisata Biak sekaligus menjaga warisan sejarah dan kelestarian alam. 

Jika semua berjalan lancar, museum bawah laut ini akan menjadi destinasi wajib bagi siapa saja yang ingin merasakan keindahan dan keunikan Tanah Papua. Museum bawah laut Biak bukan hanya sekadar tempat wisata, melainkan sebuah perjalanan menyelami sejarah di kedalaman laut. 

Maka, bagi Anda yang gemar menjelajah hal baru, bersiaplah untuk menjadikan destinasi ini sebagai pengalaman yang tak terlupakan. Kunjungi Biak Numfor, dan rasakan pesonanya sendiri. Sejarah, keindahan alam, dan pengalaman unik menanti Anda di bawah birunya laut Papua.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf