Situ Bagendit kembali menjadi salah satu tempat wisata favorit di Garut, Jawa Barat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan revitalisasinya.
Garut tidak hanya dikenal sebagai daerah produsen jaket kulit, melainkan ada sebuah lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Namanya Situ Bagendit, yang berada di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut.
Situ merupakan bahasa setempat untuk danau. Legenda Situ Bagendit mirip-mirip dengan legenda Rawapening di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Rawapening bermula dari kisah Baru Klinting yang menancapkan sebuah lidi ke tanah. Saat lidi itu dicabutnya, muncullah semburan air yang sangat deras hingga menggenangi desa.
Situ Begendit, yang memiliki luas lebih dari 100 hektare, memiliki legenda tentang seseorang perempuan bernama Nyai Endit, yang kala itu hidup sangat berkecukupan, namun kikir alias pelit.
Singkat cerita, Nyai Endit mengadakan pesta yang sangat meriah di saat paceklik melanda, kemudian datang seorang kakek-kakek yang meminta makanan karena kelaparan. Namun karena Nyai Endit memiliki sifat kikir, dia mengusir kakek-kakek tersebut tanpa memberikan apapun. Esok harinya, masyarakat sekitar geger karena adanya sebatang lidi yang menancap di jalan desa. Namun, yang paling aneh, tidak ada satu orang pun yang dapat mencabut lidi itu.
Sampai akhirnya, datanglah sang kakek yang sebelumnya meminta makanan, kemudian dia mencabut lidi yang menancap dan ternyata di bekas tempat lidi itu terus mengeluarkan air hingga akhirnya menenggelamkan desa tersebut.
Sejatinya, Situ Bagendit sudah lama menjadi destinasi wisata. Lokasi wisata ini berjarak hanya sekitar 4 km dari pusat kota Garut dan dapat dijangkau oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Untuk wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi, bahkan bisa datang dengan menggunakan transportasi umum atau angkot berkelir oranye putih, jurusan Terminal Guntur–Banyuresmi.
Bedanya, kini di Situ Bagendit banyak terdapat spot menarik untuk berfoto. Dulu wisatawan hanya bisa menikmati situ itu dari sebuah gazebo atau saung, atau naik kereta api berkeliling kawasan wisata tersebut. Kini, jalur kereta api telah diubah menjadi kawasan taman yang nyaman dengan pepohonan.
Sekarang situ itu pun bisa dinikmati dari ketinggian dengan cara naik ke menara pandang. Bahkan agar lebih meriah lagi, situ itu juga dilengkapi dengan wahana permainan, seperti sepeda air (bebek), naik rakit, naik kuda, becak mini, dan scooter untuk anak-anak.
Perubahan wajah Situ Begendit tak lain karena peran dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat Direktorat Jenderal Cipta Karya, PUPR telah menyelesaikan revitalisasi Situ Bagendit itu. Penataan tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Garut, pada 26 april 2019.
"Untuk pariwisata, pertama yang harus diperbaiki infrastrukturnya, kemudian amenities dan baru promosi besar-besaran. Kalau hal itu tidak siap, wisatawan datang sekali dan tidak akan kembali lagi. Itu yang harus kita jaga betul,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, seperti ditulis dalam pers rilisnya beberapa waktu lalu.
Proyek penataan Situ Bagendit dimulai pada November 2020 dan selesai pada 2022. Anggaran penataan kawasan bersumber dari APBN Kementerian PUPR sebesar Rp87,73 miliar yang dilaksanakan secara multi years contract (MYC) 2020--2021 dengan Kontraktor Pelaksana PT Adhi Karya.
Penataan situ legendaris di Garut itu dilakukan di atas lahan seluas 2,8 hektare yang terbagi dalam enam zona. Zona 1 untuk wisata publik, zona 2 area kuliner, zona 3 area green school, zona 4 area komersil, zona 5 area water sport, dan zona 6 area masjid serta konservasi.
Ruang lingkup pekerjaan, antara lain, meliputi pembangunan jogging track sepanjang 6 km, taman teratai, taman bermain, pusat kuliner, restoran, masjid terapung, dan jembatan swafoto. Kepala BPPW Jawa Barat Oscar Siagian mengatakan, revitalisasi Situ Bagendit merupakan kolaborasi antara Kementerian PUPR, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Pemprov Jawa Barat, dan Pemkab Garut.
Kementerian PUPR juga melibatkan Ditjen Sumber Daya Air melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung. BPPW Jawa Barat melakukan pembangunan di atas permukaan, yaitu penataan kawasan. Sedangkan, BBWS Cimanuk Cisanggarung melaksanakan pembangunan di badan air dan di batas sempadan guna menjaga keberlanjutan fungsi situ terhadap pelayanan SDA.
Sementara itu, Pemkab Garut sendiri berperan dalam menertibkan keramba apung yang menjamur di Situ Bagendit. Situ Bagendit merupakan kawasan lindung yang dimanfaatkan pula sebagai kawasan wisata. Jadi fungsi situ itu harus berjalan beriringan antara fungsi untuk memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi ekonomi.
Pada lebaran lalu, kawasan Situ Bagendit sudah dibuka untuk masyarakat umum. Bahkan, masyarakat yang datang tampak antusias. Berdasarkan data Pemkab Garut, pada hari kedua libur Lebaran pengunjung Situ Bagendit mencapai 10 ribu wisatawan. Harga tiket dipatok Rp10 ribu untuk dewasa dan Rp5 ribu untuk anak-anak.
Yuk tunggu apalagi, ajak keluarga berwisata ke Situ Bagendit. Jangan lupa tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari