Indonesia.go.id - Mengenal Cabor Paralimpik

Mengenal Cabor Paralimpik

  • Administrator
  • Minggu, 31 Oktober 2021 | 15:03 WIB
PEPARNAS PAPUA
  Atlet lempar lembing Papua berlatih jelang Peparnas XVI Papua di Lapangan Mahacandra Universitas Cenderawasih (Uncen), Waena, Jayapura, Papua, Selasa (26/10/2021). Sumber : ANTARA FOTO/ Gusti tanati
Secara garis besar, klasifikasi atlet disabilitas yang boleh berlaga di Peparnas XVI Papua 2021 adalah penyandang tuna daksa, tuna netra, tuna grahita, dan tuna rungu wicara.

Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 tinggal menghitung hari. Pesta olahraga nasional disabilitas tersebut akan digelar sejak 2--15 November 2021. Perhelatan ini masih satu rangkaian dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 yang berlangsung 2--15 Oktober 2021.

Ajang pembuktian dan raihan prestasi atlet-atlet disabilitas itu digelar di satu klaster, yakni Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Peparnas 2021 melombakan 12 cabang olahraga (cabor) yakni angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja.

Perhelatan bertema "Sehati Mencapai Tujuan, Ciptakan Prestasi" tersebut dilaksanakan di 12 venue meliputi enam lokasi di Kota Jayapura dan enam lainnya di Kabupaten Jayapura, selaku dua klaster penyelenggara di Papua. Adapun seremonial pembukaan dan penutupan Peparnas XVI Papua 2021 digelar di Stadion Mandala, Kota Jayapura.

Peparnas Papua ini bakal memperebutkan 861 medali emas, 861 perak dan 1.090 perunggu. Totalnya 2.812 medali. Jumlah pertandingan dari 12 cabor yang terdiri laga tunggal, ganda maupun ganda dari tanggal 6-13 November sebanyak 640 jadwal pertandingan. 

Wakil Ketua II Panitia Besar Peparnas 2021 Hans Yans Hamadi mengatakan, seluruh fisik bangunan venue dalam kondisi siap menggelar pertandingan serta sudah melewati uji kelaikan oleh pihak NPCI. Sejumlah peralatan pertandingan pun sudah mulai dipasang di setiap venue.

Hans menambahkan, pihaknya juga sudah menyiapkan alat bantu atau ramp untuk disabilitas pada fasilitas-fasilitas publik mulai dari bandar udara hingga penginapan atlet dan venue.

Pria yang sehari-harinya menjabat Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Papua ini menjelaskan, Peparnas 2021 akan diikuti oleh sedikitnya 3.000 peserta yang terdiri dari 1.935 atlet dan sisanya pelatih serta ofisial. "Papua siap menyambut seluruh peserta Peparnas 2021," kata Hans pada diskusi media Forum Merdeka Barat 9 bertajuk "Kawal Kesiapan Peparnas XVI Papua” yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Senin (18/10/2021).

Berikut ini 12 venue yang digunakan untuk ajang adu prestasi olahraga kaum disabilitas ini. Yakni, venue panahan di Lapangan Panahan Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Arena akuatik di Kawasan Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan. Kemudian, Stadion Lukas Enembe akan dipakai cabor atletik. Begitu pula, arena menembak juga di kawasan Kampung Harapan. Di Istora Papua Bangkit, Kampung Harapan digunakan untuk cabor tenis meja.

Selanjutnya, sepak bola CP digelar di Stadion Mahacandra, Kota Jayapura. Cabor angkat berat dilaksanakan di Hall Suny Garden Lake Hotel, Sentani, Kabupaten Jayapura. Gelaran tenis kursi roda digelar di Lapangan Siansoor, Kota Jayapura. Bulu tangkis diadakan di GOR Cenderawasih, Kota Jayapura. Catur digelar di Hotel Sahid Papua, Jayapura. Judo tuna netra akan memakai GOR Trikora Universitas Cenderawasih, Jayapura. Sedangkan, Auditorium Universitas Cenderawasih akan digunakan untuk cabor boccia.

Secara garis besar, klasifikasi atlet disabilitas yang boleh berlaga di Peparnas adalah penyandang tuna daksa, tuna netra, tuna grahita, dan tuna rungu wicara. Berikut ini beberapa jenis cabor paralimpik yang akan dipertandingkan di Papua. Apa saja jenis cabor dan disiplin cabornya? Satu cabor di event olahraga reguler hanya menyiapkan satu medali emas, di paralimpik bisa mencapai 10 emas tergantung pada klasifikasi atlet disabilitasnya.

Klasifikasi cabor ini merujuk pada Komite Paralimpik Internasional/International Paralympic Committee (IPC). Memang cukup detail pembagian klasifikasinya agar setiap atlet bisa bertanding secara fair dan mendapatkan lawan tanding yang sepadan.

ATLETIK

Cabor para-atletik terbuka untuk atlet yang memiliki hambatan intelektual, penglihatan, dan gerak fisik. Kelas atlet diklasifikasikan berdasarkan kode yang terdiri dari satu huruf, lalu diikuti oleh dua digit angka. Ada 2 huruf yang dipakai, yakni “T” yang merujuk pada track, marathon, dan disiplin atletik lompat serta “F” yang merujuk pada disiplin atletik lapangan. Kode huruf itu yang kemudian diikuti oleh dua digit angka. Digit pertama menjelaskan tipe disabilitas atlet. Sementara digit kedua menjelaskan derajat disabilitas atlet. Sebagai contoh: kelas T/F11, T/F12, dan T/F13 merupakan klasifikasi atlet yang memiliki hambatan penglihatan. Sementara kode T/F20 diberikan untuk atlet yang memiliki hambatan intelektual.

BULU TANGKIS

Bulu tangkis atau para-badminton dalam gelaran Paralimpik memiliki enam kelas atlet. Tiap-tiap kelas ditandai dengan kode yang terdiri dari dua huruf, lalu diikuti oleh satu digit angka. Dua huruf pertama menjelaskan posisi atlet saat bertanding. Sementara angka menandakan derajat disabilitas atlet.

Kelas WH1 diperuntukkan bagi atlet yang mengalami disabilitas anggota gerak tubuh bagian bawah, sehingga tidak memungkinkan bagi atlet untuk berdiri. Atlet di kelas ini berkompetisi dengan menggunakan kursi roda.

Sementara itu, kelas WH2 nyaris sama seperti WH1. Keduanya sama-sama berkompetisi dengan kursi roda. Perbedaannya terletak pada derajat disabilitas. Kelas WH2 diperuntukkan bagi atlet yang memiliki kekurangan pada satu atau dua tungkai, tetapi dengan gangguan gerak tubuh yang minimal.

Kelas SL3 merupakan klasifikasi untuk atlet yang memiliki hambatan berjalan dan keseimbangan karena mengalami gangguan pada satu atau kedua kaki. Atlet dengan kode ini bertanding dalam posisi berdiri. Biasanya, ada atlet yang dilengkapi dengan kaki prostetik.

Sementara itu, SL4 nyaris persis dengan SL3. SL4 juga memiliki klasifikasi atlet dengan gangguan pada kaki, tetapi memiliki derajat hambatan berjalan dan gangguan keseimbangan yang lebih sedikit. Atlet dengan kode ini juga harus bertanding dengan posisi berdiri.

Kelas SU5 diperuntukkan untuk atlet dengan hambatan gerak tubuh bagian atas. Hambatan itu juga meliputi tangan yang digunakan maupun tidak digunakan untuk bertanding. Kelas SU6 adalah kode untuk atlet dengan ukuran tubuh kecil atau dwarfism.

Atlet bulu tangkis peraih emas Paralympics 2020 Tokyo, Leani Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah, merupakan juara di nomor ganda putri SL3-SU5. Begitupun pasangan Leani Ratri Oktila/Hary Susanto memenangkan nomor ganda campuran SL3-SU5.

BOCCIA

Cabor boccia terbuka bagi atlet dengan disabilitas fisik. Pada cabor ini, ada 4 kelas atlet yang terdiri dari BC1, BC2, BC3, dan BC4. Klasifikasi kelas ini ditentukan berdasarkan derajat disabilitas atlet.

Tiap-tiap kelas memiliki perbedaan peraturan permainan yang menyesuaikan dengan kondisi fisik atlet. Misalnya, diperbolehkannya menendang bola khusus atlet boccia yang tidak memungkinkan melempar bola dengan tangan, pemberi bantuan dari tim penyelenggara pertandingan, atau penggunaan incline ramp atau sebuah bidang datar yang dapat membantu menggelindingkan bola.

JUDO TUNA NETRA

Cabor judo paralimpik dipertandingkan untuk atlet yang memiliki gangguan penglihatan. Cabor ini dapat diikuti oleh 3 kelas atlet, mulai dari B1 (kebutaan total) hingga B3 (penglihatan minimal). Kelas B1, B2, dan B3 dapat saling bertanding dalam sebuah pertandingan.



Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari