Indonesia.go.id - Duplikat Bendera Merah Putih, dari Monas Terbang ke IKN

Duplikat Bendera Merah Putih, dari Monas Terbang ke IKN

  • Administrator
  • Sabtu, 10 Agustus 2024 | 20:18 WIB
HUT RI
  Tim Purna Paskibraka 2023 pembawa duplikat bendera Merah Putih Naila Aulita Alqubra Sinapoy (kiri) dan pembawa naskah teks proklamasi Lilly Indriani Suparman Wenda (kanan) berjalan menuruni Pesawat TNI AU jenis Boeing 737-400 saat tiba di Bandara Internasional Sultan Haji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (10/8/2024).ANTARA FOTO
Bendera nasional telah mengalami beberapa kali duplikasi sejak pertama dilakukan pada 1969 atas permintaan Dirjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Husein Mutahar, yang juga pencetus Paskibraka.

Derap langkah dua Purna Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka Duta Pancasila, masing-masing Kachina Ozora dari Kalimantan Tengah dan Keyla Azzahra Purnama (Sumatra Selatan), bersama 4 personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) memecahkan keheningan Cawan Monumen Nasional pada Sabtu (10/8/2024) pagi. Rombongan kecil ini dipimpin oleh dua ADC (Aide de-camp) atau ajudan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, masing-masing Komisaris Besar Polisi Wahyu Sri Bintoro dan Kolonel Infanteri Raden Nashrul.

Kachina yang berpakaian serbaputih bertugas membawa baki berisi duplikat bendera pusaka Merah Putih dan Keyla diamanatkan membawa naskah teks proklamasi. Mereka merupakan bagian dari prosesi bersejarah kirab duplikat bendera pusaka dan naskah teks proklamasi dari Jakarta menuju Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Prosesi ini bagian dari rangkaian Peringatan Detik-detik Proklamasi di Istana Negara yang berada di dalam Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN pada 17 Agustus 2024.

Inilah untuk pertama kalinya peringatan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia dirayakan secara nasional di Pulau Kalimantan. Begitu pula halnya bagi teks naskah proklamasi dan duplikat bendera pusaka yang akan dipakai ketika Peringatan Detik-detik Proklamasi di IKN. Perjalanan sejak dari Monas ke IKN menempuh jarak 1.320 kilometer melalui jalur udara.

Armada pesawat angkut milik TNI Angkatan Udara berjenis Boeing 737-400 berkode penerbangan A-7305 bertugas membawa dua benda bersejarah itu terbang dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur menuju Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. Selanjutnya duplikat bendera pusaka dan teks naskah proklamasi dibawa melalui jalur darat menuju Istana Negara di Kompleks Istana Kepresidenan IKN yang berada di Kabupaten Penajam Paser.

Sejatinya, bendera Merah Putih yang akan dikibarkan di IKN merupakan duplikat ketiga dari bendera pusaka yang diberi nama Sang Saka Merah Putih. Duplikasi dilakukan lantaran kondisi Sang Saka Merah Putih yang telah rapuh dan usang. Mengutip penjelasan Kukuh Pamuji dalam “Menyelisik Museum Istana Kepresidenan Jakarta”, duplikasi pertama dilakukan pada tahun 1969 atas permintaan Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Husein Mutahar yang juga pencetus Paskibraka.

Selanjutnya, pada 1985 dibuat duplikasi kedua karena bendera Merah Putih duplikat perdana sudah mulai memudar warnanya. Duplikasi kedua ini selalu dipakai hingga 30 tahun atau sampai 2014. Selanjutnya dibuat duplikat bendera ketiga yang dipakai hingga sekarang termasuk saat upacara di IKN. Kukuh menjelaskan, bendera Merah Putih yang asli dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno, pada 1944 menggunakan mesin jahit Singer.

Bendera dibuat dengan menggabungkan kain merah dan putih. Sewaktu berhasil dijahit menciptakan bendera berukuran lebar 2 meter dan panjang 3 meter. Bendera buatan Fatmawati yang merupakan Ibu Negara pertama itu dikibarkan dalam upacara hari kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta Pusat. Warna merah dan putih sebagai unsur dasar bendera nasional Indonesia telah digunakan sebagai panji dan simbol kerajaan-kerajaan di Nusantara sejak ratusan tahun silam.

Bendera nasional Indonesia mengandung makna filosofis bahwa merah diyakini berarti keberanian dan putih sebagai wujud dari kesucian. Warna merah juga diartikan sebagai tubuh manusia dan putih adalah jiwa. Presiden Pertama RI, Soekarno kepada Chintya Adams dalam Sukarno: An Autobiography, menjelaskan bahwa warna merah dan putih pada bendera Indonesia berasal dari proses penciptaan manusia. Yaitu merah yang merupakan darah perempuan dan putih adalah sperma laki-laki.

Menurut Kepala Unit Pengelola Kawasan Monas, Muhammad Isa Sarnuri, bendera pusaka disimpan di Ruang Kemerdekaan Monas bersama naskah asli teks proklamasi sejak 1 Agustus 2017 lalu. Sebelumnya, bendera pusaka sejak tidak lagi digunakan dalam upacara peringatan kemerdekaan, tersimpan secara utuh di Istana Merdeka Jakarta.

Bendera pusaka yang tersimpan di Monas diletakkan dengan cara dibentangkan dalam sebuah vitrin atau lemari pajang terbuat dari material kaca antipeluru setebal 12 sentimeter dan dijaga selama 24 jam. Lemari pajang itu dilengkapi sensor pengatur suhu otomatis. Untuk keamanan, pihak Isa melengkapinya dengan detektor asap otomatis.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Keebangsaan disebutkan bahwa bendera Merah Putih dikibarkan ketika memperingati peringatan hari-hari besar nasional selain upacara hari kemerdekaan. Bendera nasional juga dikibarkan ketika pemimpin negara melakukan kunjungan kenegaraan atau peristiwa penting lainnya seperti saat ada wakil Indonesia meraih juara dalam suatu event internasional. Misalnya ketika adda atlet Indonesia sukses merebut medali emas Olimpiade, maka lagu kebangsaan dikumandangkan dan bendera nasional dikibarkan.

Peneliti sejarah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Asvi Warman Adam menyebut berkibarnya bendera nasional sebagai lambang negara dalam event-event penting nasional dan dunia merupakan penanda bahwa bangsa Indonesia terus melanjutkan kehidupannya. Menurutnya, bangsa ini dulunya pernah berjuang meraih kemerdekaan dan sekarang ini pun meneruskan kehidupan berbangsa sekaligus menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan. Dirgahayu Indonesia di usia ke-79 tahun!     

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari