Indonesia.go.id - Tidar, Kawah Candradimuka TNI dan Pusat Konservasi

Tidar, Kawah Candradimuka TNI dan Pusat Konservasi

  • Administrator
  • Minggu, 10 November 2024 | 10:36 WIB
LINGKUNGAN
  Komplek Akademi Militer AD di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Menjadi simbol dari ketangguhan, disiplin, dan pengabdian para calon perwira yang ditempa dengan berbagai pendidikan fisik, mental, dan intelektual. ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
Awalnya Gunung Tidar berstatus hutan kota. Sejak 21 Januari 2021 kawasan itu menjadi kebun raya dengan luas mencapai 70,1 hektare.

Mata Agus Harimurti Yudhoyono menyapu pemandangan pepohonan asri di depannya. Untuk sejenak, anak sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu dibuat tertegun oleh keindahan alam yang masih terjaga. Menteri Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Kabinet Merah Putih ini merasa tak asing dengan apa yang dia saksikan.

Pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978 itu sedang mengikuti retret sekaligus pembekalan bersama sebanyak 47 menteri, lima kepala badan, serta 56 wakil menteri. Acara yang berlangsung sejak 24 hingga 27 Oktober 2024 itu diadakan oleh Presiden Prabowo Subianto dengan memilih lokasi di Akademi Militer (Akmil) TNI Angkatan Darat (AD), Kota Magelang, Jawa Tengah.

Selama ini, kawasan itu dikenal sebagai kawah candradimuka bagi Agus bersama Presiden Prabowo dan beberapa jajaran Kabinet Merah Putih yang berlatar belakang militer sewaktu digembleng sebagai taruna TNI-AD.  "Ini menjadi sebuah nostalgia yang mengesankan,"ujar AHY, sapaan akrab Agus Harimurti.

Lokasi Akmil TNI-AD itu berada di kaki Gunung Tidar, sebuah dataran tinggi yang memiliki ketinggian 503 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kota Magelang yang luasnya 18,12 kilometer persegi adalah kota tua peninggalan Kerajaan Mataram Hindu yang telah menginjak usia 1.118 tahun, sejak didirikan pada 11 April 907 lampau, dan berada di ketinggian sekitar 350 mdpl.

Posisi Kota Magelang dipeluk oleh Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Pegunungan Menoreh, Pegunungan Telomoyo, Pegunungan Andong, dan Pegunungan Gianti. Hal itu membuat udara Kota Magelang selalu sejuk sepanjang tahun, berkisar rata-rata 25 derajat Celcius.

Tidar bagai mencuat sendirian berdiri angkuh tepat di jantung Kota Magelang. Berada di Kecamatan Magelang Selatan, Kelurahan Magersari, Tidar memiliki luas 701.674 meter persegi (m2) atau sekitar 70,1 hektare (ha).

Kawasan lembah Gunung Tidar sejak 31 Oktober 1945 oleh Oerip Soemohardjo selaku Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat (cikal bakal TNI) telah ditetapkan sebagai pusat penggemblengan calon perwira TNI. Mengutip website Akmil TNI-AD, kawah candradimuka bagi Macan Tidar, julukan para taruna TNI-AD, menempati lahan seluas 654,44 ha. Kompleks seluas itu terdiri dari ksatrian, markas, dan lima mes taruna, dan kolam renang.

Lembah Tidar, demikian lokasi Akmil TNI-AD ini dikenal, menjadi simbol dari ketangguhan, disiplin, dan pengabdian para calon perwira yang ditempa dengan berbagai pendidikan fisik, mental, dan intelektual. Juga sebagai tempat di mana para taruna dan taruni belajar tidak hanya tentang ilmu militer, juga nilai-nilai kepemimpinan, moralitas, dan dedikasi terhadap bangsa dan negara.

Lokasi terpencil dan suasana alam masih asri merupakan pilihan ideal sebagai tempat pendidikan militer untuk bentuk karakter dan kemampuan taktis. Macan-Macan Tidar ditempa menghadapi kehidupan penuh tantangan fisik dan mental selama pendidikan kemiliteran. Merekam mendapatkan bermacam kegiatan yang menguras ketahanan fisik, seperti latihan perang, strategi militer, serta kegiatan penguatan fisik lainnya.

Bukan sebuah kebetulan pula jika Tidar berasal dari dua suku kata, yakni ‘mukti’ yang berarti ‘berhasil’ dan ‘kedadar’ yang artinya ‘ditempa’. Pendidikan di Lembah Tidar juga dijalani oleh para siswa Akmil matra lainnya di TNI guna menghasilkan perwira TNI yang memiliki kecerdasan berimbang antara pengetahuan militer dan akademis.

Pusat Konservasi 

Mengutip website Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang, Gunung Tidar menjadi salah satu saksi bisu kisah perjuangan bangsa Indonesia di era perang dan pascakemerdekaan. Pada bagian lembah yang datar, kolonial Belanda pernah mendirikan pangkalan militer lengkap dengan landasan pesawat. Pihak kolonial di kawasan lembah Tidar juga membangun pusat pelatihan militer dilengkapi sarana latihan berkuda, arena bermotor dan lainnya.

Ketika kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, masyarakat Kota Magelang turut merayakannnya. Mereka berbondong-bondong mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Tidar pada 25 September 1945 atau hamper sebulan menjelang berdirinya Akmil. Sekarang ini sudah dibangun tiang bendera besar di bagian puncak untuk kegiatan upacara Macan-Macan Tidar. Kita dapat mencapai puncaknya dengan melewati 1.002 anak tangga.

Semula kawasan Gunung Tidar adalah area gersang tanpa pepohonan dan hanya ditumbuhi rerumputan liar. Memasuki era 1960-an, pihak Akmil bersama pemerintah setempat memulai penghijauan kawasan dengan menanam pohon rindang khas pegunungan seperti pinus (Pinus merkusii) dan membuatnya makin hijau. Secara bertahap, penghijauan dilanjutkan dengan menanam mahoni (Swietenia spp.), khaya (Khaya senegalensis) dan damar (Agathis dammara) hingga ke puncak Gunung Tidar.

Jika awalnya Gunung Tidar dijadikan pusat konservasi dengan status hutan kota, maka sejak 2019 Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang berinisiatif meningkatkan statusnya menjadi kebun raya dan menjadi kenyataan pada 21 Januari 2021. Pendirian Kebun Raya Gunung Tidar (KRGT) merujuk kepada Peraturan Presiden RI nomor 83 tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Kebun Raya didefinisikan sebagai kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ atau di luar habitatnya.

Artinya kawasan KRGT harus memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan. Sejumlah fauna seperti monyet ekor panjang dan aneka spesies burung dan serangga. Pemkot Magelang menyerahkan pengelolaan KRGT kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang.

Sebagai lokasi wisata KRGT kerap dikunjungi masyarakat luar dan sekitar Kota Magelang. Tiket masuknya sangat terjangkau, yakni Rp5.000 bagi wisatawan domestik dan Rp10.000 untuk turis mancanegara. Objek wisata yang bisa dinikmati di KRGT selain aneka pohon rindang, juga terdapat Monumen Tanah Air Satu Bangsa, Gardu Pandang Taman Elang Jawa, dan sejumlah makam tokoh pendiri Kota Magelang. Bagian puncak kerap dijadikan objek foto dengan latar pemandangan kota.

Terdapat pula Tugu SA yang dibangun pada 1966 oleh petinggi militer saat itu, yakni Surjo Sumpeno, Soerono Reksodimedjo, dan Sarwo Edhie Wibowo. Tugu ini menjadi penanda Tidar sebagai pakuning (pusat) tanah Jawa. Semula bentuk pilar adalah segiempat setinggi 2 meter warna putih yang berdiri di puncak. Tugu SA bermakna sapa, salah, dan seleh yang mengutip website KRGT memiliki arti ‘siapa yang melakukan suatu kesalahan maka akan menerima akibatnya atau diselehkan’

Tetapi ada pula yang mengartikannya sebagai Sangga Satya Satria atau Pancasila sebagai penopang sumpah satria. Hal itu lantaran pada salah satu sisi tugu terdapat lambang Pancasila. Tak jauh dari tugu tersebut ada Monumen Tanah Air Satu Bangsa. Sejak Desember 2021, Tugu SA berubah wujud. Pilar putih di tugu itu bersalin rupa menjadi berbahan keramik cokelat dengan lantai dasar warna hitam, dari semula merah kotak-kotak kecil.

Gunung Tidar juga memiliki daya tarik spiritual yang kuat karena terdapat petilasan berupa makam-makam tokoh. Pertama adalah makam Syekh Subakir yang berada tepat di samping jalan tangga menuju puncak. Syekh Subakir yang berasal dari Persia adalah penyebar agama Islam pertama di Magelang. Sedikit ke arah puncak, ada petilasan Kyai Sepanjang, yaitu makam sepanjang 7 meter. Kyai Sepanjang adalah senjata jenis tombak kepunyaan Syekh Subakir.

Tepat di puncak Gunung Tidar ada petilasan Pangeran Purbaya, anak dari Panembahan Senopati yang merupakan raja Mataram Islam. Lokasi makam berada di bawah pohon beringin besar. Terakhir adalah petilasan Eyang Semar yang posisinya di selatan Gardu Pandang Taman Elang Jawa. Makamnya berada di dalam bangunan berbentuk seperti tumpeng nasi raksasa warna kuning.

Itulah sekelumit kisah mengenai kawasan Gunung Tidar yang menjadi kawah pembentukan karakter dan mental calon prajurit TNI sekaligus wilayah konservasi penting di tengah Kota Magelang.

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf